DPRD Jabar Dorong Pemerintah Terkait Distribusi Pemerataan Pupuk Bersubsidi

Anggota DPRD Jawa Barat asal Partai Amanat Nasional (PAN), Thoriqoh Nashrullah Fitriyah (kiri). (hms)

Bandung, adajabar.com – Thoriqoh Nashrullah Fitriyah, Anggota DPRD Jawa Barat asal Partai Amanat Nasional (PAN) berharap pupuk bersubsidi didistribusikan secara merata di Jawa Barat.

Pemerataan distribusi pupuk bersubsidi penting dilakukan untuk mengurangi kelangkaan dan mahalnya pupuk bersubsidi di tingkat petani Jawa Barat.

Thoriqoh Nashrullah Fitriyah mengatakan, mengingat masalah kelangkaan dan mahalnya harga pupuk bersubsidi di wilayah pertanian di Kabupaten Bandung, dan beberapa wilayah di Jawa Barat terus dikeluhakan para petani. Pihaknya mendorong pemerataan distribusi pupuk bersubsidi kepada pemerintah provinsi dan pemerintah pusat.

“Saya berharap soal distribusi pupuk bersubsidi lebih merata. Pemerataan distribusi pupuk ke wilayah Kabupaten Bandung dan wilayah pertanian lainnya di Jawa Barat.” harap dia,Bandung, baru-baru ini.

Menurut dia, masalah kelangkaan dan maharnya harga pupuk bersubsidi hampir merata dikeluhkan petani di Jabar. Satu diantaranya di Kabupaten Bandung, di Kecamatan Ciwidey, Majalengka dan Kecamatan Pacet.

Seperti yang belum lama ini ia alami saat reses di Kecamatan Ciwidey, Majalengka dan Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung. Pihaknya menerima banyak keluhan soal kelangkaan dan mahalnya harga pupuk bersubsidi.

“Saya reses di beberapa titik, kebetulan reses di wilayah pertanian. Para petani banyak mengeluhkan kelangkaan dan mahalnya harga pupuk bersubdisi. Masalah soal kelangkaan dan mahalnya harga pupuk bersubsidi terus berulang,” ungkap dia.

Menurut para petani, masalah kelangkaan dan mahalnya harga pupuk bersubsidi terjadi tak hanya di Kecamatan Ciwidey, Majalengka dan Kecamatan Pacet. Namun, terjadi pula di banyak daerah pertanian di Kabupaten Bandung dan wilayah pertanian lainnya di Jawa Barat.

“Masalah pupuk ini terus berulang, dan banyak terjadi di wilayah pertanian di Kabupaten Bandung dan wilayah pertanian lainnya di Jabar,” ungkap dia.

“Mereka terus mengeluhkan soal pupuk bersubdisi yang susah didapat alias langka. Kalau pun ada, harganya mahal sekali. Mereka tidak mampu membeli pupuk yang mahal harganya, mereka terus dibebani dengan tingginya biaya produksi,” tambahnya.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *